Kendaraan tiba-tiba mati dilintasan kereta api?

Senin, 08 Desember 2008 | | |

Kejadian ini pasti membuat jantung anda berdetak cepat. Bagaiamana tidak? Saat melintas di rel kereta api, tiba-tiba kendaraan anda mati, padahal kereta api hanya berjarak 1 kilometer dari tempat kendaraan tersebut mati. Dan anda juga tidak merasa melakukan kesalahan dalam pengemudian.


Yang jelas, matinya kendaraan bukan disebabkan factor mistis seperti sangkaan masyarakat dewasa ini. Matinya kendaraan bermotor lebih kepada unsur teknis yakni terjadi gesekan antara roda kereta dengan relnya. Pergesekan tersebut menimbulkan impedansi (perlawanan mekanik) hingga mengakibatkan mesin mobil mati dan sulit menyala kembali. Keadaan tersebut lebih terasa pada mobil atau kendaraan dengan bahan bakar bensin, karena kendaraan dengan bahan bakar bensin, starter-nya digerakkan dengan motor listrik. Motor listrik ini menghasilkan medan magnet yang akan menggerakkan mesin mobil. Timbullah potensi terjadinya impedansi. Sementara medan impedansi tidaklah memerlukan jarak yang dekat, artinya walaupun kereta api baru berjarak sekitar 1,5 kilometer, namun pengaruhnya sudah dapat dirasakan oleh kendaraan bermotor yang kebetulan berada diatas lintasan kereta api. Padahal saat kereta berada dikecepatan 50 kilometer/jam kereta tersebut baru bisa berhenti pada jarak 157 meter sejak tuas rem ditarik. Meskipun roda-roda sudah mengunci saat mengerem, kereta tetap bergerak maju akibat massa yang tinggi.
Perlu diketahui, kereta jenis kereta rel listrik (KRL) ekonomi melaju pada kecepatan 60 sampai 70 km/jam. Sementara untuk KRL ekspres berada pada kecepatan 80 hingga 90 km/jam, artinya jarak berhenti kerta setelah pengereman antara 379-480 meter.
Penyebab lain matinya kendaraan saat melintas diatas rel adalah system pengapian pada mesin bensin yang menggunakan percikan bunga api dari busi yang ditimbulkan oleh listrik bertegangan tinggi yang dihasilkan oleh coil. Medan listrik yang ditimbulkan oleh rel akibat gesekan roda kereta api dengan rel dapat mengganggu produksi (besarnya) bunga api pada busi, sehingga mesin mudah mati. Ini terutama terjadi bila putaran mesin (RPM) rendah. Jadi, jika mesin mobil tiba-tiba mati diatas rel, yang harus anda lakukan sebagai berikut:
1.Jangan panik, kepanikan mungkin tidak bisa lepas begitu saja, terkait dengan psikologi masing-masing pengendara. Namun sebisa mungkin, rasa panik itu anda lepas jauh-jauh agar anda mampu berfikir jernih untuk bertindak agar segera keluar dari rel kereta api.
2. Biarkan mesin mati,
Usaha menghidupkan mesin adalah sia-sia. Karena selama kereta berjalan, impedansi yang bersifat menarik kereta tidak akan berhenti. Lebih baik kendaraan tersebut anda dorong ketimbang berusaha untuk menghidupkannya.
3. Menyelamatkan diri,
Segeralah keluar dari kendaraan, tanpa harus memikirkan bagaimana kendaraan anda. Nyawa anda lebih berharga ketimbang harta benda.
4. Jika anda tetap bersikeras, cara ini dapat dicoba,
• Untuk mobil bertransmisi manual, ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu apabila kondisi aki (akumulator) masih bagus, masukkan transmisi pada gigi 1 lalu coba starter mobil namun jangan menginjak pedal kopling karena bisa menyebabkan mobil “loncat” akibat pengaruh dynamo starter. Lakukan terus hal yang sama hingga mobil aman keluar dari garis batas rel.
• Untuk mobil transmisi matic, penyelamatan hanya bisa dilakukan dengan mendorong, jangan lupa tuas transmisi berada pada posisi netral. Biasanya mobil dengan transmisi matic tidak mudah mati karena putaran idle mesin mobil matic biasanya lebih tinggi daripada mobil dengan transmisi manual.

Sumber: TRANS Media, edisi 05 September 2008


0 komentar: