Pilih Mana: Premium, Pertamax atau Pertamax Plus

Jumat, 16 Januari 2009 | Label: , , , | |

Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus yang merupakan produk Pertamina. Sama seperti produk-produk lain, yang dipilih adalah yang sesuai kebutuhan. Kurangnya informasi tentang pemilihan bensin ini jelas terlihat, di SPBU, motor-motor baru yang berkompresi tinggi mengantri panjang di pompa bensin jenis premium, ataukah memang faktor ekonomi lebih mendesak dibandingkan dengan dampak kerusakan mesin yang baru terasa dalam jangka panjang.


Mesin mobil ataupun motor memerlukan jenis bensin yang sesuai dengan desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kerja yang optimal.
Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka/nilai oktan (RON), misalnya Premium beroktan 88, Pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya.
Semakin tinggi nilai oktan (RON), maka harga perliternya pada umumnya lebih tinggi. Anggapan salah kalau nilai oktan tinggi akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi.
Jika kita cermati spesifikasi kendaraan kita (mobil atau motor) pada brosur yang baik akan menampilkan informasi rasio kompresi (Compression Ratio/CR). CR ini adalah hasil perhitungan perbandingan tekanan yang berkatitan dengan volume ruang bakar terhadap jarak langkah piston dari titik bawah ke titik paling atas saat mesin bekerja.
Contoh, mesin mobil Timor DOHC S515i mempunyai Compression Ratio 9.3:1. Dari informasi spesifikasi brosur tersebut, kita bisa menentukan bahwa mesin mobil Timor tersebut memerlukan jenis bensin yang bernilai oktan 92, yaitu bensin Pertamax.

Bagaimana jika diisi bensin dengan oktan lebih rendah dari yang seharusnya?

Nglitik, bensin dengan oktan lebih rendah lebih mudah terbakar. Semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar(akibat tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, ketika bensin terbakar lebih awal sebelum busi memercikkan api, saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut, inilah yang disebut nglitik atau knocking.
Saat terjadi nglitik, bensin tidak menjadi tenaga yang terpakai. Kerja mesin tidak optimal. Kembali diulang, mesin yang CR-nya tinggi memerlukan bensin yang lambat terbakar. Semakin tinggi nilai CR, bensin harus semakin lambat terbakarnya (oktan tinggi).
Cermati nilai CR mesin mobil/motor kita, isilah bensin yang sesuai untuk mesin tersebut.

Bagaimana kalau diisi bensin dengan oktan lebih tinggi dari yang seharusnya?

Bensin dengan oktan lebih tinggi (Pertamax, Pertamax Plus, dsb), umumnya dilengkapi dengan aditif pembersih. Namun tidak banyak memberi penambahan tenaga, jadi angka oktan tinggi bukan artinya lebih bertenaga. Karena benefitnya kurang sebanding jika dibandingkan dengan harganya yang tinggi, maka ujung-ujungnya hanyalah pemborosan uang saja.

Kesimpulan: Dianjurkan mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi (kecuali ada modifikasi lain).

Jika memang faktor ekonomi yang lebih berperan, mesin ber CR tinggi tetapi anggaran untuk RON yang rendah, agar tidak terlalu nglitik, berikut solusi alternatif:

Manambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan ke tangki bensin).
Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai Oktan (biasanya mengandung timbal, tetapi tidak ramah lingkungan).
Merubah derajat waktu pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih lambat (retard).
Menggunakan aplikasi water-injection, namun agak repot untuk perawatannya.

sumber: Iklan Pos

0 komentar: